Senin, 30 Maret 2015

Multikesan Fashion Hijab Hitam

Rasanya tidak ada yang menolak fashion hijab hitam tersimpan apik di lemari. Paling tidak, satu-dua helai, fashion hijab warna ini harus menjadi bagian dari koleksi fashion hijab Anda. Sama seperti fashion hijab warna putih, fashion hijab hitam senantiasa dibutuhkan, baik sebagai basic (dasar) maupun dress code pada acara-acara tertentu.

Jilbab scarf, kerudung pashmina hitam, gamis hitam akan menjadi perpadaun warna yang menarik dengan warna yang menyala. Walaupun kelihatanya teralalu ngejreng tapi warna kombinasi ini menjadi warna yang aman. Paduan hitam scarf/kerudung motif juga terlihat menarik. Begitu pula paduan motif dengan hitamnya jilbab dan bergo. Tak ketinggalan, hitamnya pashmina, gamis dan tunic.

 Dan elzatta hijab sudah membuktikannya di acara show elzatta hijab di panggung catwalk IFW tahun 2013. Bila menggunakan fashion hijab tunic hitam, gamis, dan produk lainya yang ada di elzatta hijab. Paduan tunik dan gamis hitam dengan hijab elzatta yang aneka warna dan motif, membuat cuatan warna kontras justru menjadi pusat perhatian.

Si Legam di Pusaran Kata

Akar kata ‘hitam’ diambil dari berbagai macam bahasa. Di antaranya, blæc yang diturunkan dari Inggris kuno dengan makna, hitam dan tinta. Seperti juga blakkaz/ terbakar dari proto-jermanik. Lalu bhleg dari Proto-Indo-Eropa dengan makna membakar, kilau, bersinar dan kilat. Lainnya, blaken (membakar) dari Belanda, dan phlegein (membakar, hangus) dari Yunani Kuno.
Dan hampir semua bahasa mengartikannya hitam adalah suatu yang identic dengan gelap,hangus,terbakar dan tinta. Semua ini karena hitam memang warna yang paling gelap dari warna lainnya. ini adalah proses penyerapan cahaya, yang membuat hitam atau gelap atau warna yang bertolak belakang dengan warna putih.

Oleh sebab berkesan gelap dan suram, hitam acap dikaitkan dengan kematian, kejahatan, penyihir dan sihir, kekerasan serta rahasia. Bangsa Romawi menggunakan hitam dalam suasana berkabung. Hal ini semua di tandai dengan penggunaan toga gelap oleh hakim romawi pada abad ke-dua SM di dalam upacara pemakaman. Warna hitam juga digunakan dalam busana keluarga yang ditinggal wafat. Tak pelak, dalam sebuah puisi Romawi, kematian seringkali diungkap dalam kata nigra hora atau jam hitam.

Abad pertengahan, hitam masih identik dengan sesuatu yang buruk dan menyedihkan, jauh dari kesan bahagia. Hingga sampai dengan abad ke 12, ada kejadian perseteruan biarawan cistercian dengan warna putih dan biarawanbenekdiktin yang pakai busana warna hitam. Piere Yang Mulia, kepala biara Benidiktin menuduh biarawan Cistercian ‘berlebihan’ dengan menggunakan busana putih. Oleh Saint Bernard, pendiri Cistercians dari Clairvaux, tuduhan ini dijawab, bahwa hitam justru identik dengan warna setan, neraka, kematian dan dosa. Adapun putih lekat dengan simbol kepolosan, kemurnian dan kebaikan.

Pada perkembangannya, hitam tidak hanya menyuarakan kesan suram dan menakutkan, tapi juga keanggunan dan kekuatan, dua kesan yang bertolak belakang dengan kesan-kesan sebelumnya. Contohnya di masyarakat Mesir kuno justru menyebutnya warna hitam itu sebagai hal yang positif seperti tanah yang di aliri oleh sungai Nil. Begitu pula pada sebutan emas hitam yang demikian akrab di telinga masyarakat Timur Tengah sebagai sebuah simbol bagi tambang minyak bumi yang berkelimpahan.

Menurut Sejarah Fashion tentang warna hitam

Warna hitam sudah ada sejak zaman prasejarah. Terlihat dari lukisan-lukisan gua yang dibuat di era Neolitikum dan Paleolitikum. Contoh seperti di kota perancis yaitu Gua Lascaux yang telah mempunyai bukti sejarah yaitu warna hitam dari arang dan sebagian tulang yang dibakarnya dan Bekas gilingan bubuk oksida mangan. Sementara di abad ke-6 SM, seniman Yunani kuno, membuat tembikar berwarna hitam.

Inovasi mesin cetak, di abad pertengahan menjadi sinyal penting bagi sebuah revolusi industri tahap I. Dari penemuan ini, bersamaan dengan inovasi mesin uap, lahir sebuah peradaban baru yang membuat pergerakan dunia semakin ‘berwarna’.
Di abad ini, para bangsawan dan anggota kerajaan jarang menyimpan busana berwarna hitam dalam lemari mereka. Dan mereka ini lebih menyukai warna cerah seperti merah. Dan warna hitam hanya terlihat pada bulu musang yang sering dipakai untuk jubah.
Tapi pada abad ke 14 cara pandang warna hitam mulai berubah. Ada kondisi yang mengubah cara pandang ini:

Pertama, hadirnya pewarna hitam dengan kualitas tinggi.
Kedua, ditetapkannya hukum sumptuary di beberapa bagian di Eropa, yang melarang penggunaan busana mahal dengan warna cerah kecuali oleh para bangsawan. Jubah merah menyala dari Venesia dan kain biru merak dari Florence, hanya boleh dipakai keluarga bangsawan.
Keadaan ini di respon oleh banker kaya yang berasal dari italia utara yang telah memakai jubbah dan gaun warna hitam yang mahal. Dan hal ini juga di lakukan para hakim dan pejabat Negara yang mulaim menggunkan jubah warna hitam.

Tidak disangka ternyata warna hitam ini bisa memberikan warna elegan. Bangsawan dan keluarga kerajaan tidak mau kalah dengan memakai busana warna hitam. Duke of Milan dan Pangeran Savoy di antara yang menggunakan pakaian hitam.
Seting pikir hitam sebagai warna penuh keburukan dan kejahatan, seketika berganti menjadi warna dengan simbol martabat, kekuasaan, kesederhanaan dan kerendahan hati. Kuatnya asumsi ini, membuat semua raja di Eropa dan pekerja pengadilan, menggunakan warna hitam di penghujung abad ke-16.

Memasuki abad ke-18 atau Zaman Pencerahan Eropa, warna hitam tidak lagi menjadi favorit dalam berbusana. Warna-warna pastel, hijau, kuning, biru, dan putih justru menjadi warna pilihan kelas atas dan bangsawan. Namun sehabis Revolusi Perancis, warna hitam kembali disuka. Tapi hal ini bisa jadi suatu perlawanan masyarakat perancis terhadap kemewahan yang dilakukan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan yang sudah betahun-tahun.

Satu abad berikutnya, seiring dengan perkembangan industri tekstil dan hadirnya penemuan warna hitam sintesis, busana hitam bisa diakses masyarakat umum. Dan di abad inilah warna hitam semakin popular dalam peraturan untuk kalangan level atas dan menengah baik dieropa atau di America.
Di abad ke-20, tepatnya di tahun 1950, warna hitam juga diterjemahkan dalam 2 hal: individualitas juga pemberontakan intelektual dan sosial. Geng-geng jalanan, geng motor sampai artis dan intelektual, mengenakan hitam sebagai bentuk protes terhadap nilai-nilai tertentu. Selebrasi hitam sebagai simbol pemberontakan mewarnai Film Wild One yang dimainkan Marlon Brando.
Sampai penghujung abad ke-20, hitam merupakan warna yang banyak diadopsi subkultur fashion punk, dan subkultur gothic. Dengan demikian warna hitam terkesan elegan, berkarakter tetap exis yang berpaduan dengan kesan hitam dari dunia busana.

sederet designer yang ternama contohnya membuat warna hitam menjadi menawan. Seperti coco Chanel yang berkata “Wanita sejatinya hanya memerlukan tiga hal: gaun hitam, sweter hitam, dan seorang pria yang dicintainya.” Sedangkan Gianni Versace warna hitam sebagai inti keanggunan dan kesederhanaan.” Tak ketinggalan Yves Saint Laurent yang menyebut hitam, media penghubung fashion dan seni.

Fashion Hijab berwarna hitam

D dalam dunia fashion hijab juga jadi salah satu warna andalan atau favorit. Warna hitam ini juga bisa untuk menghindari warna transparan yang dilarang dalam muslim. Dan hal ini mungkin bisa jadi alasan muslimah Arab, Iran, Irak dan lainnya pilih warna hitam untuk abaya dan niqabnya. Dan sekarang warna hitam sudah banyak digunakan untuk gamis, pasmina dan kerudung atau scarf. Warna hitam dipilih mereka pula untuk menampilkan kesan simple, tidak berlebih-lebihan.
Kendati kental nuansa suram, namun kesan elegan hitam senantiasa memikat hati. Ini membuat sejumlah desainer fashion hijab Indonesia, acap memasukkan fashion hijab hitam dalam koleksinya. Ida Royani, adalah di antara desainer fashion hijab Indonesia yang menggemari fashion hijab hitam. didalam karya fashion hijab-nya banyak dominasi warna hitam.

 designer lainnya yang menyukai warna hitam juga adalah Errin Ugaru. Didalam bukunya , 'The Black Side of Errin Ugaru' Errin mengatakan karyanya yang didominasikan fashion hijab hitam . Melalui fashion hijab hitam ini, Errin menyiratkan kesan kuat, misterius dan percaya diri.
Pilihan warna hitam memang tiada matinya. Berdampingan dengan putih, cokelat tanah, biru tua dan abu-abu, hitam menjadi salahsatu warna basic yang cukup difavoritkan fashion hijab Indonesia. Dalam setiap aksi panggung runaway fashion hijab, hitam masih menjadi andalan warna. Pada pergelaran busana dalam event Jakarta Islamic Fashion Week 2013 misalnya, dominasi hitam-putih mewarnai show fashion hijab.

Tampak dari koleksi Rumah Ayu, yang menampilkan fashion hijab hitam-putih dalam desain bersiluet gamis, kaftan, tunik yang berkesan modern dan wearable.

Kemudian ada Misan yang mengeluarkan warna hitam yang digabungkan dengan bahan cotton, chiffon, tulle, silk, dan brokat. Kesan retro tahun 20-an, berpadu kesan romantis dan mewah, mencuat dalam gaya busana yang diinspirasi dari film the Great Gatsby.

Juga Barli Asmara, yang menampilkan fashion hijab hitamnya fashionista tahun 40-an.
Tidak ketinggalan juga Adjie Notonegoro yang menampilkan siluet dan nafas Timur Tengah didalam koleksinya yaitu hitam putihnya .
Denny Wirawan juga ikut menampilkan gaya retro ditahun 40-an, 70-an didalam warna hitam-putih .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar